PENDAHULUAN
Latar Belakang
Alat
tangkap purse seine berkembang pesat di laut Jawa pada akhir 1980-an dan awal
1990-an. Perkembangannya berkaitan erat dengan pelarangan pengoperasian alat
tangkap jenis trawl atau pukat harimau di seluruh perairan Indonesia pada tahun
1985 kecuali ke arah timur dari 130 BT. So, sejak 1985 Trawl atau Pukat Harimau
hanya boleh beroperasi di perairan timur Indonesia dan sejak itu pulah purse
seine berkembang pesat di Laut Jawa.
Pekalongan
merupakan basis utama kapal-kapal purse seine yang beroperasi di Laut Jawa dan
sekitarnya. Pada tahun 1999 saja jumlahnya sudah mencapai ± 450 kapal. Daerah
operasi penangkapan ikan kapal-kapal tersebut meliputi seluruh perairan Laut
Jawa, sebagian Selat Karimata, Perairan Masalembo (tempat Tampomas II
tenggelam), hingga ke Selat Sulawesi. Dengan jangkauan yang lumayan luas
tersebut, kapal-kapal purse seine Pekalongan rata-rata beroperasi di laut
selama 20-40 hari dengan ABK berjumlah 30-40 orang per kapal.
Berdasarkan ukuran kapal, mesin
penggerak dan daerah tangkapan, purse
seine di utara jawa dikelompokkan dalam 3 kelas, yaitu purse seine besar, sedang dan mini (Potier dan Sadhotomo, 1995.
Wijopriono dkk., 1996). Purse Seien besar berukuran panjang di atas 24 m,
umunya dilengkapi mesin penggerak 240 HP ke atas, dengan derah penangkapan
melewati batas-batas Laut jawa. Purse Seine sedang, berukuran panjang 19-24 m,
dilengkapi mesin penggerak 160 HP ke
atas, dengan daerah tangkapan umumnya masih dalam batas-batas wilayah Laut
Jawa. Sementara Purse Seine mini berukuran panjang 12-18m, dilengkapi satu atau
dua buah mesin outboard 25-30 HP, hanya mampu beroperasi sepanjang pantai Laut
Jawa dengan hari operasi di laut tidak lebih dari 4 hari.
Di perairan pantai utara Jawa Tengah,
eksploitasi sumberdaya ikan pelagis dilakukan terutama oleh armada purse seine
mini. Walaupun demikian, Kapal-kapal yang
berasal dari Jawa Timur seperti Bulu (Tuban), Karnji, dan Weru
(Lamongan) umumnya menjadi pendatang pada perairan utara Jawa Tengah.
Pergerakan purse seine mini di sepanjang pantai utara Jawa mengikuti pola musim
ikan.
Pada prinsinya mesin yang digunakan
pada kapal perikanan adalah sama dengan mesin yang digunakan pada kapal
lainnya, namun yang membedakan adalah kelengkapan alat bantu yang sesuai dengan
fungsi dari kapal itu sendiri.
Pada saat ini alat penggerak mesin diesel merupakan alat penggerak yang paling banyak
digunakan untuk menggerakkan kapal, baik kapal-kapal baja maupun kapal penangkap
ikan, karena penggunaan mesin diesel dipandang paling efektif dan sederhana,
sederhana dalam pengoperasiannya dan dengan unit yang kecil dapat menghasilkan
tenaga yang memadai, sehingga sangat efektif. Namun demikian dalam menentukan
besarnya daya mesin yang akan digunakan untuk menggerakkan kapal ada beberapa
hal yang harus diperhitungkan, antara lain : ukuran utama kapal, kecepatan
kapal yang dibutuhkan, tahanan kapal yang terjadi dan efisiensi pemakaian bahan
bakar. Kebanyakan para pemilik/juragan kapal penangkap ikan tidak memperhitungkan
hal-hal tersebut diatas. Hal ini diperoleh dari hasil pengamatan awal, bahwa
terdapat kapal-japal purse seineyang mempunyai ukuran utama dan GT yang hampir
sama, tetapi menggunakan daya mesin yang berbeda. Dan terdapat juga kapal purse
seine yang mempunyai ukuran utama dan GT lebih kecil menggunakan daya mesin
yang cukup besar.
DATA SEKUNDER
Kapal Purse Seine
Seperti
halnya kapal-kapal ikan tradisional Indonesia, kapal purse seine yang
beroperasi di Laut Jawa juga terbuat dari kayu. Ukurannya beragam dari yang
paling kecil dengan 30 Gross Tonnage (GT) sampai dengan 200-250 GT. Pada
awalnya kapal-kapal ikan jenis ini dibuat di Bagan Siapi-api, salah satu daerah
penghasil ikan terkenal di Indonesia pada dekade 1980-an, sehingga dikenal juga
dengan sebutan kapal bagan. Namun seiring perjalanan waktu, kini kebanyakan
kapal-kapal tersebut dibuat di Batang, sebuah kota kecil sebelah timur
Pekalongan. Banyak orang mengira bahawa kapal-kapal ini dibuat langsung di
Pekalongan, tapi sesungguhnya Batang-lah yang menjadi pusat pembuatannya.
Bahkan jika kapal tersebut dibuat di galangan kapal Pekalongan, maka pekerja
dipastikan berasal dari Batang.
Pada dasarnya kapal purse seine
Pantura merupakan kapal purse seine type Skandinavia. Pada kapal jenis ini,
ruang kemudi (Wheel House) terletak di bagian belakang kapal (buritan)
sedangkan bagian depan (haluan) sampai ke bagian tengah diisi oleh palka-palka
ikan yang jumlahnya bervariasi dari 8 buah sampai 18 buah tergantung ukuran
kapal. Mesin utama terletak tepat di bagian bawah ruang kemudi berdampingan
dengan mesin pembantu yang berfungsi sebagai generator untuk menyalakan
lampu-lampu pemikat ikan. Ajaibnya mesin utama yang digunakan bukanlah marine
engine yang khusus diperuntukan buat kapal ikan seperti caterpillar atau
yanmar, tapi menggunakan mesin truck. Yap, betul banget, mesin truck. Biasanya
kapal-kapal ini menggunakan mesin diesel Mitsubishi atau Nissan dengan kekuatan
berkisar 120 – 300 PK . Hebatnya lagi, dengan bermodalkan mesin ini,
kapal-kapal tersebut sanggup mengarungi Laut Jawa sampai dengan 40 hari.
Meskipun
terbuat dari kayu, alat navigasi kapal-kapal purse seine Laut Jawa lumayan
lengkap. Pastinya kapal ini dilengkapi dengan GPS receiver sebagai
penunjuk arah selain kompas. GPS ini juga bisa digunakan untuk menyimpan posisi
dan lokasi rumpon yang telah diturunkan pada pelayaran sebelumnya atau untuk
menyimpan lokasi daerah penangkapan ikan yang berlimpah. Selain GPS, kapal ini
juga dilengkapi dengan fish finder seperti SONAR atau Echosounder.
Bahkan beberapa kapal juga dilengkapi dengan Marine Radar. Pastinya
kapal yang tumpangi selama penelitian dilengkapi oleh itu semua. Kini
setidaknya semua kapal purse seine yang beroperasi di Laut Jawa dilengkapi
dengan GPS dan sonar atau echosounder.
Mesin
Kapal Perikanan
Mesin yang digunakan pada kapal
perikanan ikan adalah sama dengan mesin yang digunakan pada kapal niaga
lainnya. Namun yang membedakan adalah kelengkapan alat bantu sesuai dengan
fungsi dari kapal itu sendiri.
Menurut
Budihardjo (2000), permesinan kapal terdiri dari mesin utama dan pesawat bantu
yang menunjang kelancaran pengoperasional kapal yang mencakup
keperluan-keperluan antara lain :
- Melayani
keperluan kerja mesin induk seperti:
sirkulasi air, minyak pelumas,pelayanan bahan bakar, cooler, dan kondensor.
- Penanggulangan
air got dan penyelenggaraan keseimabangan kapal.
- Pelayanan
kebutuhan umum, penyelanggaran.
- Membantu/meneruskan
gerakan kapal, susunan poros propeller dan mesin kemudi.
- Menyelanggarakan
tenaga listrik untuk penerangan dan lain lain.
- Penambatan
kapal, penangkapan ikan, serta muatan, windlass, capstan, mesin winches, mesin
jangkar.
- Penyelenggaraan
keselamatan
Mesin
Diesel
Mesin
diesel tidak memerlukan pembakaran luar dengan mencampur udara dan bahan bakar
yang ada didalam mesin, lebih dari itu, mesin ini dilengkapi dengan penekan
udara dalam mesin silinder dan memanaskan hingga kemesin, tekanan udara
tersebut akan berhubungan dengan udara yang ada sebelumnya diakhiri tempo
tekanan. Tekanan inilah yang memanaskan mesin, hasilnya mesin diesel lebih
kecil dan lebih ringan daripada mesin sebelumnya yang biasa digunakan pada
kendaraan serta tidak menggunakan bahan bakar sebagai sumber pembakaran. Diesel
ingi rancangan menjadi nyata, sebuah mesin yang handal, untuk menyempurnakan
dia membutuhkan perusahaan besar untuk bekerjasama sebagai penyandang dana
dalam pembuatan mesin resebut, setelah memperoleh rekan bisnisnya, dia
langsungmemproduksi sebuah mesin uji dan prototipenya berhasil dibuat tahun
1897.
Gambaran
Umum Mesin Penggerak Kapal
Berdasarkan penggunaannya, motor
penggerak kapal ikan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu mesin darat (stationary engine) dan mesin laut (marine engine). Jenis marine engine merupakan jenis mesin yang
paling baik untuk digunakan sebagai penggerak kapal ikan karena mesin tersebut
memang dirancang untuk digunakan sebagai penggerak kapal ikan serta dirancang
khusus untuk keperluan lingkungan laut dan lebih tahan korosif. Namun demikian
sekarang nelayan banyak menggunakn mesin darat bahkan mesin mobil sebagai
penggerak, terutama dengan memodifikasikan system pendinginnya. Alasan nelayan
menggunakan mesin darat karena harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan
marine engine, juga suku cadangannya lebih mudah untuk didapatkan terutama
didaerah perkampungan nelayan.
Berdasarkan letak motor ada 3 jenis
motor penggerak yaitu : motor temple, motor luar/warangan, (outboard motor), motor dalam (inboard motor). Berdasarkan bahan bakarnya motor
penggerak kapal ada 3 jenis yaitu : motor solar, motor bensin dan motor minyak
tanah. Pada umumnya motor temple menggunakan bahan bakar bensin atau minyak
tanah yang ditempatkan diburitan kapal, sedangkan motor luar/warangan (poros
balin-baling panjang) mengguanakan bahan bakar solar yang dipasang disamping
kapal.
Sistem
Perpipaan
Sistem Air Tawar
Sistem pipa air tawar dan pendingin
air tawar diantaranya pompa air tawar; pompa dan hidrofor air tawar; pipa-pipa;
katup-katup; dan perlengkapan lainnya. Tangki-tangki air tawar dihubungkan
dengan pompa air tawar melalui pipa-pipa air tawar setelah sebelumnya melewati
filter penyaring terlebih dahulu. Pompa air tawar tersebut kemudian dihubungkan
dengan tangki dan pompa hidrofor air tawar yang kemudian didistribusikan ke
tempat-tempat yang memerlukan air tawar dan ke sistem pendinginan air tawar
mesin induk dan mesin bantu. Mesin induk dan mesin bantu telah dilengkapi alat
pendingin (cooler) dan perlengkapan lainnya sesuai dengan standar pabrik
pembuat.
Pipa sistem pendingin air tawar
terbuat dari pipa baja tanpa kampuh memanjang (seamless pipe) yang digalvanisir
dan dilengkapi penyambung-penyambung sistem pipa yang fleksibel dan
perlengkapan-perlengkapan standard dari pabrik pembuat.
Sistem Air Laut
Instalasi sistem saniter air laut
diantaranya pompa dan hidrofor air laut; pipa pipa; katup-katup; dan
perlengkapan lainnya. Hidrofor dihubungkan dengan instalasi sistem pipa balas
untuk mendapatkan suplai air laut, yang kemudian didistribusikan ke
tempat-tempat yang membutuhkan.
Sistem Bahan Bakar
Aliran bahan bakar diambil tanki
port dan tanki starboard bahan bakar didasar ganda dengan pompa pemindah bahan
bakar setelah sebelumnya melewati filter penyaring bahan bakar. Kemudian aliran
bahan bakar dibagi dua ke tanki harian bahan bakar untuk mesin induk dan mesin
bantu pada sisi port dan starboard dan seterusnya disalurkan kepada mesin-mesin
yang membutuhkan. Bahan bakar sisa pembakaran disalurkan kembali ke tanki
harian setelah melewati filter penyaring.
Sistem Pelumas
Sistem minyak pelumas tidak
menggunakan pompa tambahan, tetapi pompa minyak lumas yang telah menjadi bagian
dari paket instalasi mesin induk (factory accessories). Minyak lumas setelah
melewati filter langsung disalurkan dari tanki menuju mesin-mesin induk dan
mesin-mesin bantu.
Sistem Udara bertekanan
Sistem udara tekan ini digunakan
untuk penyemprotan kerangan-kerangan laut di kamar mesin, menstart mesin induk,
sistem pneumatik pada reversing gear box motor induk, seruling kapal,
cuci-mencuci peralatan permesinan dan lain-lain.Instalasi pipa udara tekan ini
cocok untuk sistem udara tekan dengan tekanan kerja 30 kg/cm2. Udara yang
dihasilkan dari kompresor udara diisikan ke dalam botol angin
Pipa-pipa dibuat dari baja hitam
tahan tekanan tinggi dan tahan terhadap korosi air laut, dilengkapi sertifikat
pabrik pembuat atau sertifikat kelas untuk pipa baja hitam tahan tekanan
tinggi. Katup-katup juga dari bahan yang sesuai standard pabrik pembuat dan
persyaratan kelas tahan tekanan tinggi dan korosi air laut.
Definisi
Purse Seine
Purse
seine, pertama kali diperkenalkan di Pantai Utara Jawa oleh BPPL (LPPL) pada
tahun 1970 dalam rangka kerjasama dengan pengusaha perikanan di Batang (Bpk.
Djajuri) dan berhasil dengan baik. Kemudian diaplikasikan di Muncar (1973/1974)
dan berkembang pesat sampai sekarang. Pada awal pengembangannya di Muncar
sempat menimbulakan konflik sosial antara nelayan tradisional nelayan pengusaha
yang menggunakan purse seine. Namun akhirnya dapat diterima juga. Purse seine
ini memang potensial dan produktivitas hasil tangkapannya tinggi. Dalam
perkembangannya terus mengalami penyempurnaan tidak hanya bentuk (kontruksi)
tetapi juga bahan dan perahu/kapal yang digunakan untuk usaha perikanannya.
Purse
Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan
cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya.
Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu
pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang
tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
Di Jepang
purse seine dapat dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.One Boat Horse
Sardine Purse Seine
2.Two Boat Sardine Purse Seine
3.One Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
4.Two Boat Horse Mackerel and Mackerel Purse Seine
5.One Boat Skipjack and Tuna Purse Seine
6.Two Boat skipjack and Tuna Purse Seine
Dari keenam
macam purse seine di atas no (2), (3), (5) merupakan purse seine yang banyak
digunakan.
Bahan
dan Spesifikasi Purse Seine
Spesifikasi
teknis alat tangkap purse seine terdiri dari :
Tali iris atas :
Tali PE (polyethylene) atau PP (polypropylene).
Ukuran mata
jaring : Untuk menangkap ikan pelagis kecil sayap dan mesh size badan berukuran
> 50 mm dan kantong berukuran > 25 mm.
Tali ris bawah :
Tali PE, PA atau bahan lain
Tali kolor
(purse line) : Tali PE, PA atau bahan lain
Pelampung :
Plastik atau styrofoam
Cincin : Terbuat
dari besi tahan karat (stainless steel)
Alat Bantu :
Alat bantu untuk menarik dan mengangkat jaring yatu net drum, line
hauler/kapstan, winch dan power block. Alat bantu pengumpul ikan berupa rumpon
atau lampu.
Jaring
purse seine terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian sayap dan kantong. Bagian
kantong berada ditengah diapit oleh bagian sayap pada kedua sisinya. Panjang
jaring 400 – 700 meter, kedalaman 40 – 70 meter dan ukuran mata jaring kantong
¾ inchi. Bahan jaring adalah nylon multifilament dengan nomor benang dan mata
jaring yang berbeda. Bagian kantong menggunakan nomor benang 210d/12 dengan
ukuran mata jaring 19 mm, bagian sayap menggunakan nomor benang 210 d/9 dengan
ukuran mata jaring 25,4 mm. Bagian badan sayap dan bagian bawah kantong
menggunakan nomor benang 210 d/6 dengan ukuran mata jaring 25,4 mm.
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang
sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan
600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung
yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
Cara
Pengoperasian Purse Seine
Prinsip
penangkapan ikan dengan purse seine ialah dengan melingkari suatu gerombolan
ikan dengan jarring, setelah itu jarring pada bagian bawah dikerucutkan, dengan
demikian ikan-ikan akan terkumpul di bagian kantong. Ikan yang menjadi tujuan
penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang termasuk kedalam golongan
pelagic shoaling species yang berarti ikan-ikan tersebut membentuk suatu shoal
(gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface). Metode
pengoperasian purse seine secara rinci yaitu dimulai kapal berangkat menuju
lokasi penangkapan. Ada dua metode untuk
penangkapan, yaitu dengan mengejar gerombolan ikan atau dengan menggunakan alat
bantu pengumpul (rumpon, lampu dan lainnya). Setelah ikan terkumpul atau
terkonsentrasi pada daerah tertentu maka nelayan mulai menurunkan jarring
(setting), pertama dengan menurunkan ujung jarring dengan pelampung., kemudian
secara perlahan melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi sampai pada
ujung jaring yang pertama. Setelah itu dilakukan tahap yang berikut adalah
hauling atau penarikan jaring yaitu dengan menarik tali kolor, sehingga
akhirnya ikan terkumpul pada kantong. Purse seine atau jaring lingkar adalah
jenis jaring penangkap ikan berbentuk persegi panjang atau trapezium,
dilengkapi dengan tali kolor yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada
bagian bawah jaring (tali ris bawah), sehingga dengan menarik tali kolor bagian
bawah jaring dapat dikuncupkan sehingga gerombolan ikan terkurung dalam jaring.
Hasil
Tangkapan
Pada dasarnya alat tangkap purse
seine digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis, yaitu ikan-ikan yang
bergerak bebas di permukaan dan pertengahan perairan. Alat tangkap purse seine
bisa digunanakn untuk menangkap ikan pelagis kecil, seperti halnya yang
dioperasikan di Laut Jawa, atau untuk menangkap ikan-ikan pelagis berukuran
besar seperti tongkol, tenggiri, cakalang atau bahkan tuna. Purse Seine jenis
ini umumnya dioperasikan dengan ukuran kapal yang lebih besar dan kadang kala
menggunakan speed boat tambahan untuk melingkarkan jaring agar ”pengepungan”
gerombolan ikan berlangsung sempura dan cepat sehingga gerombolan ikan tersebut
tidak dapat melarikan diri. Kapal-kapal purse seine jenis ini biasa beroperasi di
perairan Laut Sulawesi dan Samudra Pasific yang terkenal kaya akan sumberdaya
cakalang dan tongkol.
Khusus untuk purse seine Laut Jawa,
ikan yang tertangkap tidak hanya didominasi jenis ikan-ikan pelagis tapi juga
ikan-ikan demersal yang hidup di dasar perairan. Hal ini berkaitan dengan
ukuran jaring yang digunakan oleh kapal-kapal tersebut. Umumnya jaring purse
seine Laut Jawa berukuran panjang 600-900 meter sedangkan lebarnya
(kedalamannya) berkisar antara 60-80 meter. Sementara itu, kedalaman rata-rata
di Laut Jawa adalah 30-60 meter. Dengan kata lain, jaring yang digunakan dapat
mencapai dasar perairan, bahkan lebih. Jadi nggak heran kalau ikan-ikan dasar
yang bukan sasaran operasi penangkapan juga ikut terbawa. Bahkan ada anekdot
diantara nelayan purse seine bahwa dasar Laut Jawa itu sudah licin seperti ubin
karena terlau sering terkeruk oleh jaring-jaring purse seine kapal-kapal yang
beroperasi di daerah tersebut. Anekdot lainnya adalah perumpamaan Laut Jawa
sebagai pasar malam akibatnya banyaknya kapal-kapal purse seine yang beroperasi
di malam hari. Lampu-lampu berkekuatan tinggi yang berfungsi sebagai pemikat
ikan dinyalakan oleh kapal-kapal yang beroperasi sehingga dari kejauhan tampak
seperti warung-warung terapung yang memenuhi daerah penangkapan ikan di Laut
Jawa.
Alat
Bantu Penangkapan
Dalam pengoperasian alat tangkap
purse seine biasanya menggunakan alat bantu penangkapan sebagai berikut :
Lampu
Fungsi
lampu untuk penangkapan adalah untuk mengumpulkan kawanan ikan kemudian
dilakukan operasi penangkapan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, seperti
purse seine.Jenis lampu yang digunakan bermacam-macam, seperti oncor (obor),
petromaks, lampu listrik (penggunaannya masih sangat terbatas hanya untuk usaha
penangkapan sebagian dari perikanan industri).
Ikan-ikan
itu tertarik oleh cahaya lampu kiranya tidak terlalu dipermasalahkan sebab
adalah sudah menjadi anggapan bahwa hampir semua organisme hidup termasuk ikan
yang media hidupnya itu air terangsang (tertarik) oleh sinar / cahaya
(phototaxis positif) dan karena itu mereka selalu berusaha mendekati asal /
sumber cahaya dan berkumpul disekitarnya.
Rumpon
Rumpon
merupakan suatu bangunan (benda) menyerupai pepohonan yang dipasang (ditanam)
di suatu tempat ditengah laut. Pada prinsipnya rumpon terdiri dari empat
komponen utama, yaitu : pelampung (float), tali panjang (rope) dan atraktor
(pemikat) dan pemberat (sinkers / anchor).
Rumpon
umumnya dipasang (ditanam) pada kedalaman 30-75 m. Setelah dipasang kedudukan
rumpon ada yang diangkat-angkat, tetapi ada juga yang bersifat tetap tergantung
pemberat yang digunakan.
Dalam
praktek penggunaan rumpon yang mudah diangkat-angkat itu diatur sedemikian rupa
setelah purse seine dilingkarkan, maka pada waktu menjelang akhir penangkapan,
rumpon secara keseluruhan diangkat dari permukaan air dengan bantuan perahu
penggerak (skoci, jukung, canoes)
Hal-hal
yang Mempengaruhi Keberhasilan Penangkapan
Kecerahan Perairan
Transparasi
air penting diketahui untuk menentukan kekuatan atau banyak sedikit lampu. Jika
kecerahan kecil berarti banyak zat-zat atau partikel-partikel yang menyebar di
dalam air, maka sebagian besar pembiasan cahaya akan habis tertahan (diserap)
oleh zat-zat tersebut, dan akhirnya tidak akan menarik perhatian atau memberi
efek pada ikan yang ada yang letaknya agak berjauhan.
Adanya Gelombang
Angin dan
arus angin. Arus kuat dan gelombang besar jelas akan mempengaruhi kedudukan
lampu. Justru adanya faktor-faktor tersebut yang akan merubah sinar-sinar yang
semula lurus menjadi bengkok, sinar yang terang menjadi berubah-ubah dan
akhirnya menimbulkan sinar yang menakutkan ikan (flickering light). Makin besar
gelombang makin besar pula flickering lightnyadan makin besar hilangnya
efisiensi sebagai daya penarik perhatian ikan-ikanmaupun biota lainnya menjadi
lebih besar karena ketakutan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan penggunaan
lampu yang kontruksinya disempurnakan sedemikian rupa, misalnya dengan memberi
reflektor dan kap (tudung) yang baik atau dengan menempatkan under water lamp.
Sinar Bulan
Pada waktu
purnama sukar sekali untuk diadakan penangkapan dengan menggunakan lampu (ligth
fishing) karena cahaya terbagi rata, sedang untuk penangkapan dengan lampu
diperlukan keadaan gelap agar cahaya ;ampu terbias sempurna ke dalam air.
Musim
Untuk
daerah tertentu bentuk teluk dapatmemberikan dampak positif untuk penangkapan
yang menggunakan lampu, misalnya terhadap pengaruh gelombang besar, angin dan
arus kuat. Penangkapan dengan lampu dapat dilakukan di daerah mana saja maupun
setiap musim asalkan angin dan gelombang tidak begitu kuat.
Ikan dan Binatang Buas
Walaupun
semua ikan pada prinsipnya tertarik oleh cahay lampu, namun umumnya lebih
didominasi oleh ikan-ikan kecil. Jenis-jenis ikan besar (pemangsa) umumnya
berada di lapisan yang lebih dalam sedang binatang-binatang lain seperti ular
laut, lumba-lumba berada di tempat-tempat gelap mengelilingi kawanan-kawanan
ikan-ikan kecil tersebut. Binatang-binatang tersebut sebentar-sebentar menyerbu
(menyerang) ikan-ikan yang bekerumun di bawah lampu dan akhirnya mencerai
beraikan kawanan ikan yang akan ditangkap.
Panjang dan Kedalaman Jaring
Untuk purse
seine yang beroperasi dengan satu kapal digunakan jaring yang tidak terlalu
panjang tetapi agak dalam karena gerombolan ikan di bawah lampu tidak bergerak
terlalu menyebar . jaring harus cukup dalam untuk menangkap gerombolan ikan
mulai permukaan sampai area yang cukup dalam di bawah lampu.
Kecepatan kapal pada waktu melingkari gerombolan ikan
Jika kapal
dijalankan cepat maka gerombolan ikan dapat segera terkepung.
Kecepatan Menarik Purse Line
Purse line harus
ditarik cepat agar ikan jangan sampai melarikan diri ke bawah.
DATA PRIMER
Purse seine merupakan alat tangkap
yang paling banyak digunakan untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di Laut
Jawa. Alat tangkap purse seine tersebut digunakan oleh nelayan-nelayan di
lokasi kajian, yaitu Indramayu, Tegal, Pekalongan, Banyuwangi dan Bali.
Karakteristik teknis usaha penangkapan ikan pelagis kecil dapat dilihat pada
tabel berikut.
Armada perikanan purse seine di
lokasi kajian umumnya dioperasikan oleh usaha perorangan, menggunakan kasko
berbahan dasar kayu. Mesin yang digunakan cukup bervariasi, dengan kekuatan
mesin antara 20-360 HP, tergantung dari besarnya ukuran kapal dari wilayah
operasi penangkapan.
Kapal purse seine yang dioperasikan
di Indramayu merupakan kapal-kapal purse seine berukuran kecil (10-30 GT),
dengan kekuatan mesin sebesar 20 HP. Operasi penangkapan dilakukan secara one
day fishing. Kapal purse seine yang dioperasikan di Tegal merupakan kapal-kapal
purse seine berukuran sedang (30-50 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120 HP.
Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari trip yaitu antara 7-20 hari per trip. Kapal purse seine yang
dioperasikan di Pekalongan merupakan kapal-kapal purse seine berukuran besar
(100-130 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 120-360 HP. Operasi penangkapan dilakukan
dengan jumlah hari yaitu 10-40 hari per trip. Sedang kapal purse seine yang
dioperasikan di Juwana Pati merupakan kapal-kapal purse seine juga berukuran
besar (30-50 GT dan 50-100 GT), dengan kekuatan mesin sebesar 300-360 HP.
Operasi penangkapan dilakukan dengan jumlah hari 10-40 hari per trip.
Karakteristik
kapal purse seine yang beroperasi di Tegal, Pekalongan dan Pati merupakan
kapal-kapal sedang dan besar sesuai dengan ukuran GT (30-100 GT), sedangkan
kapal-kapal yang beroperasi di daerah Indramayu merupakan kapal-kapal purse
seine berukuran kecil (one day fishing).
Sistem
Penggerak Kapal
Tenaga penggerak kapal:
Baling-baling tetap (Fixed propeller)
-
Model :
YX.120
-
Jumlah Daun : 4(empat) buah
-
Diameter x Pitch : 1130 x 711 mm
-
Bahan :
Kuningan
Poros baling-baling
-
Diameter x panjang poros utama : 90 x 2485 mm
-
Bahan poros utama :
Stainless steel
-
Diameter x panjang poros antara :
80 x 1500mm
-
Bahan poros antara :
Carbon Steel
Tenaga penggerak kapal: baling-baling
tetap (Fixed propeller)
-
Model : YX.120
-
Jumlah daun : 4(empat) buah
-
Diameter x pitch : 1130 x 711 mm
-
Bahan : Kuningan
Poros baling-baling
-
Diameter x panjang poros utama : 90 x 2485 mm
-
Bahan poros utama :
Stainless steel
-
Diameter x panjang poros antara :
80 x 1500mm
-
Bahan poros antara :
Carbon Steel
PEMBAHASAN
Analisa
Efisiensi Daya Mesin
Analisis
efisiensi penangkapan dilakukan dengan cara menghitung nilai efisiensi daya
mesin yang dibutuhkan saat kecepatan maksimum dan efisiensi waktu operasi penangkapan
ikan. Nilai efisiensi operasi penangkapan sangat membantu untuk menemukan pola
operasi yang tepat untuk alat tangkap purse seine. Langkah perhitungan untuk
efisiensi daya mesin, adalah :
Menghitung
Tahanan Kapal
Untuk
menentukan daya mesin kapal terlebih dahulu dihitung tahanan tota kapal, tahanan total (Rt) dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rt = ½ x ρ x V2 x Ct x S (Fyson, 1985)
Dimana :
Rt : Tahanan total
V : Kecepatan kapal (m/s)
Ct : Koefisien tahanan total
p : Masa jenis
S : Luas permukaan basah (WSA) (m2)
Menghitung
Efisiensi Daya Mesin
Efisiensi
daya mesin diperoleh dengan membandingkan antara daya yang dibutuhkan saat
kecepatan maksimum dengan daya mesin terpasang. Nilai efisiensi ini digunakan
untuk mengetahui jumlah daya yang terpakai dan apabila ada sisa daya yang belum
terpakai, bisa digunakan untuk lainnya (seperti : memutar line houler,
lampu dll). Untuk menghitung efisiensi daya mesin dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
η = x 100%
Dimana :
P : Daya mesin saat kecepatan maksimum
Po : Daya mesin terpasang
Mengukur
Kebutuhan Bahan Bakar
Untuk
menentukan data kebutuhan bahan bakar pada masing-masing kapal dengan ukuran GT
berbeda, menggunakan alat ukur (pipa kapiler) untuk mengukur kedalaman isi
tangki bahan bakar, tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut :
- Persiapan alat
tangki dengan pipa ukur, alat pencatat waktu, kemudian bahan bakar di pompakan
ke tangki ukur.
- Ukur kedalam isi
tangki bahan bakar, di dermaga saat akan berangkat melaut atau 0,0 jam dan di
catat dalam table.
- Kapal
diberangkatkan melaut selama 1/2 jam dan kembali ke dermaga.
- Ukur ulang isi
tangki bahan bakar saat kapal kembali ke dermaga dan catat dalam table.
Sistem
Pembakaran
Bahan bakar
yang berasal dari tangki dialirkan ke saringan bahan bakar melalui solar dan
setelah disaring bahan bakar ini terus mengalir ke pompa bahan bakar tipe bosch pump melalui pipa penghubung dari
filter. Dari pompa ini pompa dialrkan ke nozel dengan menggunakan pompa
penyemprot bahan bakar dan selanjutnya terjadi pengabutan bahan bakar di dalam
silinder yang telah dipenuhi dengan udara yang telah terkompresi. Bahan bakar
sisa akan dialirkan kembali ke tangki solar.
Proses
pembakaran dimulai saat tekanan udara dalam silinder pada akhgir langkah
kompresi sekitar 40-45 Kg/cm2 dan temperaturnya naik kira-kira 6000C.
Bahan bakar disemprotkan oleh injektor dalam bentuk kabut. penyalaan dimulai
dari titik dimana campuran bahan bakar dan udara yang paling sesuai dan cocok
terbentuk dan selanjutnya diikuti dengan pembakaran dari campuran tersebut. Pada motor diesel campuran bahan bakar dan udara dapoat menyala
sendiri sehingga ada kelambatan (1/1000 sampai 4/1000 detik ) sebelum proses
pembakaran yang sempurna terjadi. sedang terjadinya proses pembakaran tersebut,
mengakibatkan temperatur dan tekanan naik (Karyanto,
2000).
Tahap/periode proses pembakaran
motor diesel :
Periode Pertama merupakan
kelambatan pembakaran. Dalam periode ini merupakan campuran dari bahan bakar
yang merupakan partikel halus dengan udara sehingga membentuk campuran yang
mudah terbakar. Kenaikan tekanan sesuai dengan gerak naiknya torak di dalam
silinder.
Periode kedua yaitu penyebaran
api/pembakaran cepat pada periode ini campuran bahan bakar dan udara yang mudah
terbakar mulai terbakar, dan api menyebar ke seluruh ruang bakar dengan cepat,
sehingga terbentuk letupan dalam silinder sehingga tekanan dan suhunya naik
dengan cepat.
Periode ketiga pembakaran bahan
bakar segera terbakar setelah disemprotkan pembakaran dapat dikontrol dengan
sejumlah bahan bakar yang disemprotkan pada periode ini. Periode ini
berhubungan dengan kecepatan penyemprotan, ukuran tetesan kabut dan jumlah
penyemprotan.
Periode keempat adalah perioode
pembakaran sisa. Meskipun penyemprotan bahan bakar telah selesai, keadaan
pembakaran sempurna belum sepenuhnya tercapai dan masih akan terbakar pada
proses ekspansi.
Sistem
Pendinginan
Pada mesin
land used menggunakan pendingin secara tidak langsung (tertutup), dan untuk di
jadikan sebagai mesin kapal, maka sistem pendinginnya perlu diubah menjadi
pendingin secara langsung (terbuka) yang menggunakan air laut yang digunakan
untuk mendinginkan air tawar yang ada di dalam suatu unit mesin. Penggunaan air
laut dapat menyebabkan daya tahan mesin berkurang, karena mesin land used tidak
tahan terhadap korosi.
Suatu sistem pendingin mesin dengan
media pendingin atau bahan untuk mendinginkannya menggunakan aliran udara yang
dihasilkan dari hembusan kipas. Cara kerjanya yaitu udara dialirkan ke depan
silinder dan silinder blok. Pada silinder blok dipasang sirip-sirip pendingin
yang berfungsi untuk memperbesar luas permukaanya sehingga lebih mudah menyerap
gas panas diambil langsung oleh udara melalui tiap-tiap sirip yang dipasangkan
sekeliling silinder dan kepala silinder (Arends, 1994).
Sistem ini ditandai oleh adanya
sirip yang dapat memperluas permukaan untuk tujuan pendinginan. Atmosfer yang
menyusup diantara sirip mampu mendinginkan dinding silinder yang panas. Pada
umumnya digunakan untuk mesin-mesin yang berukuran kecil dan bergerak, karena
memanfaatkan angin yang menimpa motor saat motor itu bergerak (Heldt, P.M,
1956).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
data-data yang telah didapatkan diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
- Kapal purse seine yang beroperasi di
Laut Jawa juga terbuat dari kayu. Ukurannya beragam dari yang paling kecil
dengan 30 Gross Tonnage (GT) sampai dengan 200-250 GT.
- Mesin yang digunakan pada kapal perikanan
ikan adalah sama dengan mesin yang digunakan pada kapal niaga lainnya. Namun
yang membedakan adalah kelengkapan alat bantu sesuai dengan fungsi dari kapal
itu sendiri.
- Mesin diesel tidak memerlukan pembakaran
luar dengan mencampur udara dan bahan bakar yang ada didalam mesin, lebih dari
itu, mesin ini dilengkapi dengan penekan udara dalam mesin silinder dan
memanaskan hingga kemesin, tekanan udara tersebut akan berhubungan dengan udara
yang ada sebelumnya diakhiri tempo tekanan.
- Berdasarkan penggunaannya, motor
penggerak kapal ikan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu mesin darat (stationary engine) dan mesin laut (marine engine).
- Berdasarkan letak motor ada 3 jenis
motor penggerak yaitu : motor temple, motor luar/warangan, (outboard motor), motor dalam (inboard motor).
- Purse Seine disebut juga “pukat cincin”
karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau
“tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor
ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali
kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap
akhir penangkapan.
- Khusus untuk purse seine Laut Jawa, ikan
yang tertangkap tidak hanya didominasi jenis ikan-ikan pelagis tapi juga
ikan-ikan demersal yang hidup di dasar perairan. Hal ini berkaitan dengan
ukuran jaring yang digunakan oleh kapal-kapal tersebut. Umumnya jaring purse
seine Laut Jawa berukuran panjang 600-900 meter sedangkan lebarnya
(kedalamannya) berkisar antara 60-80 meter. Sementara itu, kedalaman rata-rata
di Laut Jawa adalah 30-60 meter. Dengan kata lain, jaring yang digunakan dapat
mencapai dasar perairan, bahkan lebih.
Saran
Mahalnya
harga marine engine membuat para nelayan mengganti mesin kapal mereka dengan
mesin mobil yang teah dimodifikasi sistem pendinginannya dikarenakan harganya
yang lebih terjangkau, namun jika memang hal itu dilakukan sebaiknya awak kapal
harus mengerti tentang permesinan karena bisa jadi mesin macet di tengah laut dikarenakan
mesin darat lebih rentan daripada mesin laut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
a. 2010. Karakteristik Teknis Alat Tangkap Purse Seine, Payang dan Gill Net pada Penangkapan Ikan Pelagis
Kecil. http://frezeries.blogspot.com.
Anonymous b. 2010. Purse Seine Laut Jawa
(Part1), (Part 2), (Part 3), (Part 4). http://camartolol.wordpress.com.
Sa’id, Solichin Djazuli. 2009. Proposal
Kolokium : Kajian Ekonomis Penggunaan Daya Mesin Kapal Purse Seine di Perairan
Pekalongan. Universitas Diponegoro. Semarang
Taufiq.
2010. Purse Seine. http://fiqrin.wordpress.com.
Wijopriono & Abdul Samad Genisa.
2003. Kajian Terhadap Laju Tangkap dan Komposisi Hasil Tangkapan Purse Seine
Mini di Perairan Pantai Utara Jawa Tengah. Universitas Hasanuddin. Makassar.
2 komentar:
informasinya sangat bermanfaat
terima kasih atas informasinya sangat menarik, jangan lupa juga kunjungi balik website resmi kami http://bit.ly/2Oz19MK
Posting Komentar