BATASAN
Terumbu karang adalah endapan masif
kalsium karbonat yang dihasilkan oleh karang hermatipic.
Karang adalah hewan tidak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata (hewan
berrongga) atau Cnidaria, dari Ordo Scleractinia.
Satu individu karang atau
disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi antara 1 mm – 50 cm, umumnya polip karang koloni berukuran kecil, sementara polip dengan
ukuran besar dijumpai pada karang yang soliter.
ANATOMI KARANG
Karang merupakan hewan
berbentuk tabling atau disebut polip memiliki
bagian-bagian tubuh terdiri dari:
- Mulut yang berfungsi juga sebagai anus, dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari
perairan serta sebagai alat pertahanan diri.
- Tenggorokan pendek
- Rongga tubuh (coelenteron)
yang juga merupakan saluran pencernaan (gastrovascular), berisi mesenteri filament (usus) sebagai alar pencema. Di dalam sel
mesenteri dilengkapi cilia dan flagela.
- Tentakel dilengkappi cilia dan flagela, yang aktif dijulurkan pada malam hari, saat karang mencari mangsa, sementara
di siang hari tentekel ditarik masuk ke dalam rangka.
Lapisan tubuh yaitu :
- Ektodermis atau lapisan luar, mengandung sel glandula
yang berisi sel lendir (membantu menangkap makanan dan membersihkan diri dari
sediment yang menempel) dan sel knidoblast (khusus untuk tentakelnya), berisi
sel nematocyst. Sel penyengat (knidoblas) ini merupakan ciri khas
semua hewan Cnidaria, dilengkapi alat penyengat (nematocyst) beserta racun di dalamnya. Bila ada zooplankton atau hewan lain yang
akan ditangkap, maka alat penyengat dan racun akan dikeluarkan.
- Mesoglea, merupakan jaringan
pengikat tipis yang terdiri dari sel-sel, serta kolagen, dan mukopolisakarida.
- Endodermis yang lebih umum
disebut gastrodermis karena berbatasan dengan saluran pencernaan. Di dalamnya terdapat zooxanthellae
yaitu alga uniseluler dari kelompok Dinoflagelata, dengan warna coklat atau coklat
kekuning-kuningan.
Untuk tegaknya seluruh jaringan, polyp
didukung oleh kerangka kapur, berupa lempengan-Iempengan yang tersusun secara
radial dan berdiri tegak pada lempeng dasar. Lempengan ini disebut septa yang tersusun dari bahan anorganik dan kapur,
hasil sekresi polyp karang.
Klasifikasi karang menurut Davis (1955), Barnes (1974), Pennak (1978) dan Storer (1983) adalah termasuk :
- Filum Cnidaria (
Coelenterata ), dengan ciri – ciri
simetri radial atau biradial, polyp sessile, soliter atau koloni, medusa umumya berenang bebas sebagai plankton, umumnya mempunyai
tentakel yang mengandung nematocyst
untuk menangkap mangsa.
- Kelas Anthozoa, dengan ciri – ciri semua
anggotanya berbentuk polyp yang menempel, soliter
atau koloni, membentuk kerangka kapur atau tidak,
tentakel bolong, mulut berhubungan dengan stomodeum
(gullet, pharynx), umumnya
mempunyai sifonoglif,
rongga
gastrovaskuler tersekat – sekat oleh septa vertical yang mengandung nematocyst, gonad pada gastrodermis, ada 6100 spesies, semua hidup di laut.
- SubKelas Zoantharia (Hexacorallia), ciri – ciri jumlah tentakel tiap polyp lebih dari
8 sampai ratusan helai, soliter atau koloni, misal Anemone
Laut Metridium, Karang Batu (Stony
Coral) Fungia dan Acropora.
- SubKelas Alcyonaria (Octocorallia), ciri – ciri jumlah tentakel tiap polyp selalu 8
dan pinnate, polyp kecil – kecil, hampir semuanya
koloni, kerangka di dalam, misal
Tubipora, Corallium rubrum (Coral
Permata Merah) dan Pennatula sulcata.
- Kelas Hydrozoa, ciri – ciri ukuran polyp kecil – kecil, biasanya koloni, medusa mempunyai velum, diameter medusa 1 – 10 mm, beberapa jenis mencapai 10 cm, kebanyakan hidup di laut dangkal, ada 3700 spesies, misal Hydra (polyp soliter), Bougainvillea
ramosa (koloni polyp yang menetap),
Physalia (koloni polyp yang
mengapung), Diphyes (koloni
polyp melayang sebagai plankton).
FISIOLOGI
Karang mempunyai sistem syaraf yang
sederhana, tersebar di ektoderma, endoderma dan mesoglea. System syaraf ini
dikoordinasi oleh sel junction yang bertanggung jawab memberi respon mekanis,
khemis serra stimuli cabaya.
Jaringan otot sederhana terdapat di antara
jaringan mesoglea, yang bertanggung
jawab alas gerakan polyp untuk mengembang atau mengkerut sebagai respon
perintab jaringan syaraf. Sinyal dari jaringan ini tidak hanya didalam satu
polyp tetapi juga ditemskan ke polyp yang lain.
Jaringan mesenterial filamen berfungsi
sebagai otot pencema yang sebagian besar selnya berisi sel mucus yang berisi
enzim untuk mencema makanan. Lapisan luar jaringan mesenteri filamen dilengkapi
sel cilia yang halus.
Organ reproduksi berkembang diantara
mesenteri filamen. Untuk karang subtropics pada saar tertentu organ reproduksi
menghilang, krn siklus reproduksinya tidak terjadi sepanjang tahun.
Dalam satu polyp dapat dftemukan organ
betina, jantan atau kedua-duanya (hermaprodit).
ASOSIASI KARANG DENGAN ZOOXANTHELLAE
Zooxanthellae adalah alga dari kelompok Dinoflagellata, terutama genus Symbiodinium, meskipun dapat hidup bebas, sebagian besar bersimbiosis
dengan hewan,
antara lain karang,
anemon, moluska dan lainnya. Jumlah zooxanthellae pada karang diperkirakan 1 – 5 juta sel/cm2
permukaan karang.
Dalam asosiasi ini, karang mendapatkan sejumlah keuntungan berupa:
Hasil fotosintesis, seperti gula, asam amino, dan oksigen.
Mempercepat proses kalsifikasi yang terjadi melalui skema (1) fotosintesis akan
menaikkan pH
dan menyediakan ion karbonat lebih banyak, (2) dengan pengambilan ion P untuk fotosintesis,
berarti zooxanthellae telah menyingkirkan inhibitor kalsifikasi.
Zooxanthellae mendapat keuntungan berupa bahan anorganik untuk fotosintesis,
contohnya zooxanthellae dalam Acropora palmata memperoleh
70% suplai nitrogen anorganik dari sisa metabolisme karang, sisanya diambil dari perairan (Tomascik et al. 1997).
Keberadaan zooxanthellae
dalam karang terjadi melalui beberapa mekanisme terkait dengan reproduksi karang. Dari reproduksi secara seksual, karang akan
mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak langsung dari
lingkungan. Sementara dalam reproduksi aseksual, zooxanthellae akan langsung
dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni karang yang lepas.
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN KARANG
Reproduksi aseksual
adalah reproduksi yang tidak melibatkan peleburan gamet jantan (sperma) dan
gamet betina (ovum). Pada reproduksi ini, polip/koloni karang membentuk
polip/koloni baru melalui pemisahan potongan-potongan tubuh atau rangka. Ada
pertumbuhan koloni dan ada pembentukan koloni baru.
Pertunasan. Jika
polip dan jaringan baru tetap melekat pada koloni induk, ini disebut pertambahan ukuran koloni. Jika polip atau tunas lepas dari koloni induk dan membentuk koloni baru, ini baru disebut
reproduksi aseksual.
Pertunasan ini terdiri dari :
Intratentakular yaitu satu polip membelah menjadi 2 polip; jadi polip
baru tumbuh dari polip lama.
Ekstratentakular yaitu polip baru tumbuh di antara polip-polip lain.
Fragmentasi. Koloni
baru terbentuk dari patahan karang, terjadi terutama pada karang bercabang, karena cabang mudah sekali patah
oleh faktor fisik (seperti ombak atau badai) atau faktor biologi (predasi oleh
ikan). Patahan (koloni) karang yang lepas dari koloni induk, dapat saja menempel
kembali di substrat dasar dan membentuk tunas serta koloni baru. Hal itu hanya dapat terjadi
jika patahan karang masih memiliki jaringan hidup.
Polip bailout. Polip baru terbentuk karena
tumbuhnya jaringan yang keluar dari karang mati. Pada karang yang mati,
kadang kala jaringan-jaringan yang masih hidup dapat meninggalkan skeletonnya
untuk kemudian terbawa air. Jika kemudian menemukan dasaran yang sesuai,
jaringan tersebut akan melekat dan tumbuh menjadi koloni baru.
Partenogenesis. Larva tumbuh dari telur yang tidak mengalami fertilisasi.
Reproduksi seksual
adalah reproduksi yang melibatkan peleburan sperma dan ovum (fertilisasi). Sifat reproduksi ini lebih komplek karena selain terjadi
fertilisasi, juga melalui sejumlah tahap lanjutan (pembentukan larva,
penempelan baru kemudian pertumbuhan dan pematangan).
Karang memiliki mekanisme reproduksi seksual beragam yang didasari oleh
penghasil gamet dan fertilisasi. Keragaman itu meliputi :
Berdasar individu penghasil gamet, karang dapat dikategorikan bersifat:
Gonokoris, dalam satu spesies, telur dan sperma dihasilkan oleh individu yang
berbeda. Jadi ada karang jantan dan karang betina. Contoh pada genus Porites dan Galaxea, (dan sebagian besar karang).
Hermaprodit, bila telur dan sperma dihasilkan dalam satu polip. Karang hermafrodit sering memiliki waktu
kematangan seksual yang berbeda, yaitu:
Hermafrodit yang simultan,
menghasilkan telur dan sperma pada waktu bersamaan dalam
kesatuan sperma dan telur (egg-sperm
packets). Meski dalam satu paket, telur baru akan dibuahi 10-40 menit kemudian yaitu
setelah telur dan sperma berpisah. Contoh: jenis dari kelompok Acroporidae, Favidae.
Hermaprodit yang berurutan, ada dua kemungkinan yaitu:
Protandri, individu karang
berfungsi sebagai jantan dulu dan menghasilkan sperma,
setelah itu menjadi
betina.
Protogini, individu karang berfungsi sebagai
betina dulu dan menghasilkan telur, setelah itu menjadi jantan. Contoh: Stylophora pistillata
dan Goniastrea favulus
Berdasar mekanisme pertemuan telur dan sperma.
Brooding / planulator.
Telur dan sperma yang dihasilkan, tidak dilepaskan ke kolom air dan fertilisasi terjadi secara internal. Zigot
berkembang menjadi larva planula di dalam polip, kemudian planula dilepaskan ke
air. Planula ini langsung memiliki kemampun melekat di dasar perairan untuk
melanjutkan proses pertumbuhan. Contoh Pocillopora
damicornis dan Stylophora.
Spawning.
Telur dan sperma dilepaskan ke air dan fertilisasi terjadi secara eksternal. Pembuahan terjadi beberapa jam setelah telur berada di air. Contoh genus Favia.
Telur dan sperma dilepaskan ke air dan fertilisasi terjadi secara eksternal. Pembuahan terjadi beberapa jam setelah telur berada di air. Contoh genus Favia.
Dari seluruh spesies karang yang telah
dipelajari proses reproduksinya, 85% mempunyai mekanisme spawning.
Pelepasan telur secara
massal, waktunya berbeda tergantung kondisi lingkungan, contoh Richmond dan Hunter
menemukan bahwa di Guam, Micronesia,
puncak spawning terjadi 7 – 10 hari setelah bulan
purnama pada bulan
Juli. Kenyon
menemukan spawning di Kepulauan Palau terjadi selama beberapa bulan, yaitu Maret, April dan
Mei (Richmond 1991).
AKRESI
Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu ke arah vertikal maupun
horisontal. Karang melalui reproduksi aseksualnya menghasilkan karang-karang
baru yang berhubungan satu dengan lainnya. Karang-karang tersebut membentuk
koloni, yang kemudian tumbuh menjadi bentuk yang khas. Ragam bentuk pertumbuhan
koloni tersebut meliputi:
Bercabang
Koloni ini tumbuh ke arah vertikal maupun horisontal, dengan arah
vertikal lebih
dominan. Percabangan dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk cabang
dapat halus atau tebal. Karang bercabang memiliki tingkat pertumbuhan yang paling cepat, yaitu bisa mencapai 20 cm/tahun. Bentuk koloni seperti ini, banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau setengah terbuka.
dominan. Percabangan dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk cabang
dapat halus atau tebal. Karang bercabang memiliki tingkat pertumbuhan yang paling cepat, yaitu bisa mencapai 20 cm/tahun. Bentuk koloni seperti ini, banyak terdapat di sepanjang tepi terumbu dan bagian atas lereng, terutama yang terlindungi atau setengah terbuka.
Padat
Pertumbuhan koloni lebih dominan ke arah horisontal daripada vertikal.
Karang ini memiliki permukaan yang halus dan padat, bentuk yang bervariasi, seperti setengah bola, bongkahan batu, dan lainnya; dengan ukuran yang juga beragam. Dengan pertumbuhan < 1 cm/tahun, koloni tergolong paling lambat tumbuh. Meski
demikian, di alam banyak dijumpai karang ini dengan ukuran yang sangat besar.
Umumnya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng
terumbu.
Lembaran
Pertumbuhan koloni terutama ke arah horisontal, dengan bentuk lembaran
yang pipih. Umumnya terdapat di lereng terumbu dan daerah terlindung.
Seperti meja
Bentuk bercabang dengan
arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang
dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau
datar.
dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau
datar.
Koloni karang akan terus tumbuh membentuk terumbu. Bentuk terumbu berdasar
Teori Penenggelaman (Subsidence Theory)
oleh Charles Darwin (1842),
yaitu terumbu tepi, terumbu penghalang dan atol.
Masing-masing dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut :
Terumbu karang tepi (Fringing
Reef), yaitu terumbu karang yang terdapat di sepanjang pantai dan dalamnya
tidak lebih dari 40 m. Terumbu ini tumbuh ke permukaan dan ke arah laut terbuka.
Terumbu karang penghalang (Barrier
Reefs), berada jauh dari pantai yang dipisahkan oleh laut atau goba dengan
kedalaman 40 – 70 m. Umumnya terumbu karang ini memanjang menyusuri
pantai.
Atol (atolls), merupakan
karang berbentuk melingkar seperti cincin yang muncul dari perairan yang dalam,
jauh dari daratan dan melingkari gobah yang memiliki terumbu gobah atau terumbu
petak. Atol yang terbesar:
- Kwajilein di Kepulauan Marshall
- Suvadiva di Kepulauan Maladewa
- Taka Bonerate (Sulawesi Selatan)
PENYEBARAN TERUMBU KARANG SECARA
HORISONTAL
Terumbu karang menyebar di laut dangkal
kawasan tropis sampai subtropis, dengan letak geografi antara 35° LU – 32° LS,
dan dikenal 3 kawasan terumbu
karang yaitu Laut Karibia, Lautan Hindia dan Indo – Pasifik.
Di
Laut Karibia, terdiri 20 genus, 32 spesies, sebagian besar berbeda
dengan yang terdapat di Lautan Hindia dan Indo – Pasifik. Fenomena yang perlu
diperhatikan adalah (1) Di tenggara pantai Amerika sampai di sebelah barat
utara pantai Amerika Selatan, karang hanya tumbuh di bagian tertentu, karena
tingginya sedimentasi dari Sungai Orinco dan Sungai Amazon di sepanjang pantai
Amerika Selatan, (2) di bagian sepanjang pantai, terbatas sampai di pantai
Florida, ini disebabkan rendahnya suhu pada musim dingin, (3) di Laut Atlantik
Timur sepanjang pantai Afrika Barat sebaran karang sangat terbatas oleh karena
adanya arus dingin Guinea dan upwelling.
Di Lautan Hindia, meliputi pantai timur
Afrika, Laut Merah, Teluk Aden, Teluk Persia, Teluk Oman sampai Lautan Hindia
Selatan pada garis lintang 26° LS. Terbatasnya sebaran karang dikarenakan salinitas yang ekstrem, di Teluk Persia 46 ‰ dan di Hindia Selatan 26 ‰.
Di Indo – Pasifik,
menyebar dari Laut Cina Selatan sampai pantai timur Australia, dan dari Pantai
Panama sampai pantai selatan Teluk California. Terdiri dari 80 genus. Contoh genus Acropora di Laut Karibia hanya
3 spesies, sementara di Indo Pasifik ada 80 jenis, genus Porites di
Laut Karibia 3 spesies, di Indo Pasifik 20 spesies.
Di Indonesia, terbanyak di Laut Sulawesi, Flores dan Banda. Perkembangan karang terutama di Sulawesi Utara disebabkan oleh adanya arus
lintas Indonesia yang mengalir sepanjang tahun dari laut Pasifik dan Laut
Hindia dan rendahnya sedimentasi. Terbatanya karang di
sepanjang pantai timur Sumatera, Kalimantan Barat dan Selatan dan pantai utara
Jawa dibatasi oleh sedimentasi yang tinggi.
FAKTOR ABIOTIK
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkebangan terubu karang adalah:
Intensitas cahaya maksimum
Oksigen optimal
Suhu, optimal 23 – 25oC, dapat toleran 36 –
40oC.
Kecerahan tinggi
Tidak ada sedimentasi
Salinitas 30 – 42 0/00
Tidak tercemar
Gelombang besar
Arus < 1 m/detik
ORGANISME PEMBENTUK TERUMBU KARANG
Organisme utama:
Filum Cnidaria Klas Anthozoa Ordo Scleractina
(Madreporaria) sebagai kerangka pembentuk terumbu.
Coralin algae sebagai penyemen.
Organisme penghasil CaCO3.
Penyeimbang material:
Hydrozoa (Millepora, Heliopora, Tubipora
Stylasterina)
Coenothecalia
Stolonifera
Foraminifera
Bryozoa
Moluska
Sponge
Beberapa karang ahermatipik
ORGANISME YANG HIDUP DI TERUMBU KARANG
Vegetasi:: alga (seaweed) dan lamun (seagrass).
Hewan tanpa tulang belakang (avertebrata) antara lain protozoa, porifera, cnidaria ain, platyhelminthes dan annelida, moluska, krustasea, echinodermata.
Hewan bertulang belakang (vertebrata) antara lain ikan, reptil dan mamalia.
Keragaman ikan di
terumbu karang disebabkan oleh faktor:
Variasi habitat (misalnya kedalaman yang
berbeda, koloni karang yang berbeda).
Ikan punya relung (niche) yang spesifik.
Ikan diurnal (aktif pada siang hari), contoh
ikan Pomacentridae.
Ikan nocturnal (aktif pada malam hari), contoh
ikan Apogonidae.
Trophic level (kedudukan ikan dalam rantai
makanan):
Karnivora oportunistik (50-76%), contoh ikan
dari famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomocanthidae, Monocanthidae,
Ostractiontidae, Tetraodontidae.
Herbivora / pemakan karang (15%), contoh
pemakan karang adalah ikan dari famili Scaridae, Acanthuridae, Chaetodontidae (kepe-kepe), Balistidae (triggerfish),Tetraodontidae
(puffer = ikan buntal).
Omnivora.
Zooplankton feeder (kecil, schooling),
contoh ikan dari famili Clupeidae dan Atherinidae.
Scavenger.
ASOSIASI ANTAR ORGANISME PENGHUNI TERUMBU
KARANG
Organisme yang tinggal atau beraktivitas di terumbu karang, memilliki interaksi baik antar spesies yang sama maupun dengan spesies yang berbeda.
Antara spesies yang berbeda
Mutualisme, hubungan dimana kedua simbion mendapat keuntungan, contoh:
Ikan dokter (Labridae) dan penyu, ikan memakan parasit yang menempel pada punggung penyu.
Shrimp goby (Amblyeleotris
gymnocephala) dengan udang (Alpheus
sp) yang obligat mutualisme.
Komensalisme, hubungan dimana satu simbion
mendapat keuntungan, simbion yang lain tidak netral (tidak mendapat keuntungan
atau kerugian), contoh:
Krustasea, moluska, cacing yang tinggal pada gorgonian dan crinoid.
Ketiga kelompok hewan disebut sebelumnya mendapat tempat tinggal dan perlindungan dari
musuh, sementara gorgonian tidak mendapat sesuatu, juga tidak kehilangan sesuatu.
Kuda laut dengan lamun.
Parasit, satu pihak mendapat keuntungan, sementara pihak lain mendapat kerugian, contoh :
Hewan pembor karang dengan karang sebagai inang.
Copepoda (krustasea) parasit pada ikan gobi (Pleurosicya boldninghi).
Antara spesies yang sama
Schoaling adalah sekelompok ikan dalam satu spesies yang secara
bersama-sama mencari makan, migrasi, bertelur, atau istirahat. Anggota kelompok
memiliki bentuk, ukuran atau status sosial yang tidak harus sama juga tidak
punya pola pergerakan yang sama.
Schooling anggota memiliki
status sosial yang sama dan bergerak dalam satu koordinasi.
INTERAKSI ORGANISME DENGAN TERUMBU KARANG
Pemakan karang (pemangsaan).
Ikan famili Chaetodontidae
(kepe-kepe), Balistidae (triggerfish) dan Tetraodontidae (puffer = ikan buntal).
Bintang laut mahkota duri (Acanthaster planci), dalam keadaan normal berjumlah 2 – 3 individu dalam
beberapa ratus meter terumbu. Ledakan popukasi
hewan ini dapat
terjadi karena predatornya yaitu Charonia
tritonis diambil dan dijual sebagai hiasan
serta aliran permukaan (runoff) yang menyebabkan
peningkatan nutrien. Beberapa kasus yang pernah terjadi:
Di Guam, serangan hewan ini menyebabkan 90% terumbu karang sepanjang 38 km rusak dalam
waktu 2,5 tahun.
Di Great Barrier Reef, terumbu seluas 8 km2 rusak hanya
dalam 12 bulan.
Kompetitor karang (kompetisi)
Perebutan substrat antara
karang dengan alga, misalnya turf alga antar koloni karang, misalnya salah satu spesies dari genus Galaxea
termasuk yang paling agresif.
Pengaruh langsung dan tidak langsung
Echinometra
mathaei,
penyebaran di Indopasifik (Afrika timur – Laut Merah – Hawaii). Habitatnya di
lubang atau celah-celah dasaran reef crest di perairan dangkal sehingga memiliki perilaku
bersembunyi dan cenderung menghindari kompetitor. Pakannya adalah alga encrusting dan yang menempel
di sekitar lubang tempat
persembunyiannya.
Contoh terjadi di Kenya, Populasi E. mathei meningkat 2 – 3 kalil lipat dari kondisi normal
menjadi 13 individu/m2.
Penyebabnya adalah populasi predator hewan ini, yaitu ikan dari famili Balistidae dan Wrasse menurun.
Akibat langsung kenaikan populasi tersebut:
Biomassa alga naik sementara tutupan turf alga (komunitas beberapa
spesies alga berbentuk filamen berukuran ≤10 mm) meningkat.
Tutupan terumbu karang menurun.
Bioerosi meningkat.
Keragaman bentik menurun.
Akibat lanjutan:
Tutupan spon meningkat.
Populasi ikan herbivor menurun.
Hewan ini jadi mampu berkompetisi dengan herbivor lain.
Hewan ini mulai menghuni
area terumbu karang yang terbuka.
Perilaku yang cenderung menghindari kompetitor berkurang.
Memakan alga tidak lagi hanya di sekitar lubang tetapi dengan cakupan yang meluas di area
terumbu karang.
Bulu babi (Diadema antillarum), secara umum kehadirannya dianggap tidak ada gunanya
dan mengganggu, terutama bagi penyelam pemula atau orang yang beraktivitas
di sekitar pantai. Karakteristiknya:
Herbivor pemakan turf alga, namun dalam kondisi tidak ada makanan, akan memangsa karang.
Padan siang hari hewan ini
bersembunyi di lubang-lubang atau celah-celah karang, pada malam hari aktif
mencari makan
Predator hewan ini adalah Balistidae vetula (predator utama di kepulauan Virginia), kemudian Labridae dan Cassis tuberosa.
Kematian masal terjadi di Pasifik Barat pada tahun 1983-1984. Dimulai dari Panama di awal Januari 1983 kemudian menyebar ke Karibia,
Teluk Meksiko, Bahama, Bermuda dengan tingkat kematian 93-100%. Penyebabnya tidak diketahui dengan
jelas, namun diduga karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri.
Dampak kematian bulu babi terhadap ekosistem terumbu karang :
Biomassa alga di St. Croix meningkat 27%, terjadi 5 hari setelah kematian bulu babi, kemudian meningkat pesat menjadi 400-500%
dari kondisi awal.
Biomass alga di Jamaica naik 31-50% dalam
dua minggu, dan setelah satu tahun
menjadi lebih dari 65%.
Komposisi alga sebelum kematian bulu babi didominasi oleh turf algae dan crustose algae, setelah kematian bulu babi didominasi oleh
makroalga seperti Sargassum dan Turbinaria turbinata.
Tutupan alga crustose, tutupan karang, dan gorgonian menurun drastis.
Meskipun bulu babi ini menghilang dari lokasi, ternyata kompetitornya yang
sesama pemakan turf alge, tidak menunjukkan penambahan populasi yang berarti.
Sebaliknya justru, populasi alga semakin meningkat. Peningkatan populasi
kompetitor Diadema baru berarti
setelah beberapa tahun dari kematian massal.
Peranan Diadema antillarum bagi terumbu karang.
Jika populasinya naik
maka dapat mengakibatkan kematian larva atau
karang muda.
Jika populasinya turun (absence grazing)
maka karang akan ditumbuhi oleh alga yang dapat mengakibatkan kematian karang dewasa
dan tidak adanya tempat bagi larva karang.
Maka kehadiran spesies ini penting bagi terumbu karang sebagai penyeimbang. Keseimbangan populasi Diadema antillarum akan menjaga keseimbangan
populasi alga dan karang.
Akibat kematian masal Diadema antillarum terhadap terumbu karang L:
Tutupan karang menurun drastis.
Populasi avertebrata yang
biasanya menetap di terumbu
karang, juga menurun.
Terumbu karang akan didominasi oleh alga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar