Pages

Welcome in MY BLOG....!!Terima kasih sudah berkunjung dan semoga bermanfaat ^_^.

Jumat, 16 Maret 2012

RESPON IKAN TERHADAP PERUBAHAN SUHU

Ikan Nila merupakan jenis ikan konsumsi pada air tawar dengan bentuk memanjang dan pipih ke samping dan warna putih kehitaman. Ikan Nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik. Ikan Nila disukai oleh berbagai bangsa, karena dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah. Bibit ikan didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila nama khas Indonesia yang diberikan oleh Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan.

Hewan air akan memberikan respon fisiologis terhadap perubahan lingkungannya sebagai tempat hidupnya. Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran  dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu  di perairan yang cocok . Dalam keadaan suhu normal tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukkan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya berupa perubahan tingkah laku meupun pergerakan ikan.

Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Klasifikasi Ikan Nila adalah sebagai berikut :
Kelas : Osteichtyes
Sub Kelas : Achantoptherigii
Sub Ordo : Pecoidea
Famili : Cichildae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan Nila adalah konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika pada tahun 1969 dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar dan di beberapa waduk di Indonesia. Nama ilmiah pada ikan Nila adalah Oreochromis niloticus dan di dalam bahasa Inggris ikan ini dikenal dengan sebutan Nile Tilapia. Keramba jala apung untuk memelihara Ikan Nila di Ranu Pakis, Klakan, Lumajang. Ikan pemeliharaan yang berukura sedang, panjang total (moncong hingga ekor) mencapai sekitar 30 cm. Sirip punggung (dorsal) dengan 16-17 (tajam) dan 11-15 jari-jari (duri lunak) dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 8-11 cm jari-jari Ikan Nila termasuk kelompok ikan tilapial.

Awalnya ikan Nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya. Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berada dengan kelompok tilapia. Secara umum, bentuk tubuh ikan Nila panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus di tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih ke bawah dari pada letak garis memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut dan sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi keras dan tajam.

Tingkah Laku Umum dan Khusus Ikan Nila
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan. Selanjutnya, bahwa beberapa ikan mempunyai perilaku istimewa seperti ikan gelodok yang dapat berjalan diatas daratan dan memanjat pohon.
Respon yang diperlihatkan oleh ikan biasanya berupa perubahan tingkah laku meupun pergerakan ikan. Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat ovryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoferm. Sebagai contoh ikan di daerah kutub dan sub kutub mampu mentolerir suhu rendah, sedangkan ikan yang di daerah tropis menyukai suhu yang hangat.

Sistem Syaraf dan Sistem Endokrin
Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon. Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh. Hormon bekerja sama dengan sistem syaraf untuk mengatur pertumbuhan dan tingkah laku keseimbangan internal, reproduksi dan tingkah laku. Kedua sistem tersebut mengaktifkan sel untuk berinteraksi satu dengan lainnya menggunakan messanger kimia. Kelenjar endokrin menggunakan messanger kimia yaitu hormon yang diedarkan oleh sistem transportasi (darah), dan mempengaruhi sel target yang ada diseluruh tubuh. Kerja sistem endokrin lebih lambat dibandingkan dengan sistem syaraf, sebab untuk mencapai sel target hormon harus mengikuti aliran sistem transportasi.
Otak ikan dibagi menjadi beberapa daerah. Didepan adalah lobus penciuman, sepasang struktur yang menerima dan memproses sinyal dari lubang hidung melalui dua syaraf penciuman. Lobus penciuman yang sangat besar dalam ikan yang berburu terutama oleh bau, dibalik kuping pencium adalah dua loben telenchepalon setara struktural yang bersangkutan kebanyakan dengan penciuman.

Kecepatan Renang Ikan
Secara vertikal semakin bertambahnya kedalaman menyebabkan suhu menurun dan salinitas meningkat, sedangkan kecepatan renang ikan semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman. Hal ini diduga bahwa menurunnya suhu dan meningkatnya salinitas juga  mempengaruhi tingginya kecepatan renang ikan yang terdeteksi. Pola sebaran suhu, salinitas dan arus secara horisontal tidak terlihat berpengaruh terhadap pola sebaran kecepatan dan arah renang ikan. Hal ini dikarenakan pola sebaran kecepatan dan arah renang ikan secara horisontal tidak memiliki pola tertentu, sedangkan suhu cenderung tinggi di daerah dalam teluk dan salinitas cenderung tinggi di wilayah selatan daerah survei.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan renang antara lain:
- Pola renang ikan. Saat ikan berenang, terjadi pergerakan pada bagian tubuh baik keseluruhan anggota badan ataupun hanya bagian tertentu, misal sirip.
- Amplitudo pergerakan sirip atau tubuh. Daya dorong ikan yang sebenarnya diperoleh dari pergerakan sirip atau tubuh dengan amplitude yang besar.
- Gerak maju melengkung (Path Curpature). Gerak maju melengkung dari jalur renang mungkin mengakibatkan penurunan kecepatan renang jika dibandingkan dengan lurus.
- Frekuensi kibasan ekor, dipengaruhi waktu kontraksi dari otot putih.
-Stride lenght. Jarak yang ditempuh dalam satu kali kibasan ekor.
- Ketahanan renang, hubungan kecepatan dari ketahanan yang renang berbanding terbalik. Bila kecepatan renang meningkat maka ketahanan menurun. Akan tetapi pada kecepatan yang sama, ikan yang lebih besar dapat bertahan lebih lama dibandingkan yang kecil.

Stress Ikan
a. Pengertian Stress pada Ikan
Stress yang terjadi pada ikan berkaitan dengan timbulnya penyakit pada ikan tersebut. Stress merupakan suatu rangsangan yang merupakan atau menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungan. Biasanya stress pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan atau transportan ikan-ikan yang dimasukkan kedalam jaring apung dilaut dari tempat pengangkutan biasanya akan mengalami kelemahan daya tahan terhadap penyakit.
Stress dapat digambarkan sebagi respon fisiologis untuk stresser. Dengan kata lain, stress adalah kondisi fisiologis internal yang disebabkan oleh kondisi eksternal. Stress juga dapat digambarkan sebagai respon hormonal internal dan sebuah organisme hidup yang disebabkan oleh lingkungan atau faktor eksternal lainnya yang menyebabkan kondisi fisiologis organisme dalam kondisi yang tidak normal. Stress dapat mengganggu keseimbangan fisiologis ikan atau homestatis dengan mempercepat aliran energi dalam sistem.

b. Penyebab Stress Ikan
Semua perubahan pada lingkungan dianggap sebagai penyebab stress pada ikan dan untuk itu diperlukan adanya adaptasi dari ikan. Beberapa faktor  stress misalnya suhu air dan salinitas, bisa menyebabkan meningkatnya metabolisme ikan bila ikan dipindahkan dari air tawar yang salinitasnya 0 ppt ke tambak atau laut yang salinitasnya diatas 20 ppt tidak secara terhadap maka ikan akan mengalami kesulitan beradaptasi. Faktor lain misalnya transportasi.

Stress pada ikan bisa disebabkan oleh faktor lingkungan (pH, tinggi amoniak), rendahnya DO dsb, kepadatan, penanganan dan lain-lain. Salah satu pendekatannya yang bisa dilihat pada tubuh ikan stress adalah perubahan turun naiknya kadar glukosa darah sehingga menurunkan nafsu makan ikan tersebut. Mekanisme terjadinya perubahan kadar glukosa darah selama stress dimulai dan diterimanya informasi penyebab faktor stress oleh organ reseptor. Selanjutnya informasi tersebut ke otak bagian hipotalamus melalui system syaraf.

c. Efek Stress Ikan
Naik turunnya kadar glukosa pada ikan mengindentifikasi bahwa ikan tersebut lapar atau kenyang pada saat itu stress kadar glukosa terus naik untuk mengatasi nomestatis terhadap perubahan fisiologis. Hiperglesimia akan berakibat bentuk pada ikan. Ini berawal dari naiknya kadar kalisor dalam darah akibat stress yang akan melebihkan glukosa dari cadangan yang disimpan oleh tubuh kedalam darah.
Akibat dari stress pada ikan dapat menyebabkan perubahan makroskopis yaitu hemorhagik pada kulit, kangesti dan pendarahan, kronts, escites akan menyerang dan adanya infeksi. Sedangkan pada perubahan mikroskopis yaitu kulit dan jaringan hemopoitik, hiperemi pada kulit dan lain-lain.

Hubungan Stress Ikan dengan Penangkapan
Laut yang menghangat membuat pertumbuhan ikan terhambat. Parahnya hal ini bisa meningkatkan stress bahkan resiko kematian ikan. Apabila pertumbuhan ikan melambat tentunya dapat berpengaruh terhadap hasil tangkapan.

2 komentar:

adiparmanlaode mengatakan...

salamkenal ya..

Elfirah Rosalina mengatakan...

Salam kenal juga :):)

Popular Posts

Followers