Masyarakat
Indonesia lebih mengenal Malaysia dan Singapura sebagai negara jiran, banyak
yang tidak tahu bahwa Filipina merupakan salah satu negeri jiran kita. Maklum
saja, pemberitaan media di Indonesia lebih banyak mengarah ke Singapura dan
Malaysia. Singapura terkenal dengan negara kecil dengan kemajuan negerinya yang
begitu fantastis, sedangkan Malaysia terkenal dengan militernya yang bandel
dan memiliki banyak masalah dengan Indonesia. jika dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia, Hubungan antara Filipina dengan Indonesia jauh lebih
erat. Indonesia dan Filipina ibarat anak sebaya yang memiliki banyak kesamaan
baik secara geografis maupun politik. Indonesia dan Filipina sama-sama negara
kepulauan, sama-sama negara demokrasi, sama-sama berkembang dan berbagai
kesamaan lainnya. hal tersebut membuat Indonesia dan Filipina memiliki kesamaan
gaya pula sehingga masalah yang terjadi diantara keduanya dapat diselesaikan
dengan mudah. Tidak serumit jika Indonesia bermasalah dengan Malaysia ataupun
Singapura.
Namun
hal tersebut tidak berarti hubungan antara Indonesia dan Filipina tanpa cela.
Keduanya sebenarnya memiliki masalah pelik yang harus dihadapi terutama masalah
perbatasan. Sebagaimana diketahui, Indonesia memiliki 3 pulau terluar yang
berbatasan langsung dengan Filipina yaitu Pulau Miangas, Pulau Marore dan Pulau
Marampit. Ketiga pulau tersebut seringkali menjadi tempat penyelundupan barang,
narkotika, senjata hingga manusia. Pencurian ikan oleh nelayan Filipina pun
biasa terjadi di sekitar wilayah tersebut. Berbagai konflik yang terjadi di
wilayah Indonesia dan berbagai aksi terorisme di Indonesia ditengarai berasal
dari Filipina. Kuat dugaan bahwa munculnya berbagai kejahatan yang menggunakan
senjata api sebenarnya berasal dari kedua kelompok tersebut. Penyelundupan
senjata dari MILF atau Abu Sayyaf ke Indonesia melalui perbatasan sudah menjadi
rahasia umum.
Di
satu sisi, Pemerintah Filipina sebenarnya merupakan pemerintah yang bersahabat
dan bekerjasama baik dengan Pemerintah Indonesia. Namun di sisi lain, banyak
warga Filipina yang membuat masalah dalam negeri tapi berimbas buruk kepada
Indonesia. Dari sini, kita bertanya,”Filipina itu kawan atau lawan?”.
Meski
sebenarnya Indonesia memiliki beragam masalah dengan Filipina tetapi Indonesia
akan tetap melakukan Filipina sebagai sebuah sahabat dan mitra penting.
Berbagai
masalah tersebut diantaranya adalah masalah terorisme (melibatkan MILF dan Abu
Sayyaf), pencurian ikan, dan lalu lintas penduduk. Sebenarnya,masih ada 3 kasus
lagi yang tergolong cukup vital yakni Penyelundupan Barang, Narkotika dan
Penyelundupan Manusia (Trafficking).
Adapun kasus yang cukup serius antara Negara
Indonesia dan Filipina adalah:
Kasus Terorisme
Di Kawasan Filipina Selatan
terdapat 2 organisasi yang melakukan pemberontakan dan menuntut kemerdekaan
tersendiri yaitu MILF dan Abu Sayyaf. Kedua organisasi ini terkenal dengan
kekuatan militernya dan seringkali melakukan kontak senjata dengan tentara
pemerintah Filipina. Militer Filipina seringkali kewalahan dalam menghadapi
aksi kedua organisasi ini, bahkan ada beberapa kawasan yang berhasil dikuasai
secara penuh oleh kedua organisasi tersebut.
MILF (Moro Islamic Liberation
Front) dan Abu Sayyaf awalnya berasal dari MNLF (Moro National Liberation Front).
Mereka tidak menyukai pemerintah Filipina yang dinilai terlalu korup dan gagal
dalam mensejahterakan rakyatnya. Tuntutan utama mereka adalah merdeka dari
penjajahan Filipina, mendirikan sebuah negara baru yang terdiri dari Bangsa
Moro (Meliputi Mindanao, Sulu, Palawan, Basilan, dan sekitarnya).
Dalam perkembangannya, dalam
tubuh MNLF terjadi perpecahan menjadi beberapa faksi. Perpecahan tersebut
disebabkan oleh perbedaan konsep terkait kemerdekaan. Beberapa faksi menuntut
agar Bangsa Moro nantinya menjadi sebuah negara yang berasas Islam mengingat
mayoritas Bangsa Moro merupakan Muslim, sedangka beberapa faksi lainnya
menuntut agar Bangsa Moro menjadi sebuah negara nasional karena didalamnya
selain Islam, juga terdapat pemeluk agama lainnya. Perbedaan semakin kuat
setelah MNLF memutuskan untuk menerima konsep dari pemerintah Filipina terkait
dengan wilayah semi otonom. Kawasan yang menjadi basis MNLF mendapat beberapa
hak dan wewenang tersendiri untuk mengatur wilayahnya.
Faksi yang berasaskan nasionalis
memutuskan untuk menerima konsep dari pemerintah Filipina tersebut, sedangkan
faksi yang berasaskan Islamis memutuskan untuk keluar dari MNLF dan membentuk
kelompok tersendiri yaitu MILF dan Abu Sayyaf. Kedua organisasi tersebut
sebenarnya memiliki perbedaan cara pandang mengenai bagaimana negara Islam yang
dimaksud, MILF sendiri sebenarnya terpecah menjadi banyak faksi dari yang
moderat hingga paling radikal. Masalah didalamnya terlalu kompleks namun dapat
disatukan oleh kepentingan bersama.
Masalahnya, eskalasi konflik
yang diciptakan oleh kedua kelompok tersebut tidak hanya bersifat regional
tetapi juga menyebar hingga ke Indonesia. Dalam beberapa aksi terorisme yang
terjadi di Indonesia, sebagian besar pelaku pernah belajar di Filipina selatan.
Kedua kelompok tersebut memberikan pendidikan terkait dengan pendirian Negara
Islam melalui cara apapun termasuk dengan kekerasan. Kedua kelompok tersebut
juga memberikan keterampilan militeristik.
Hal ini tentu saja meresahkan
kondisi Indonesia karena mengganggu stabilitas dan kedamaian di negara
Indonesia. Dampak MILF dan Abu Sayyaf masuk ke Indonesia sehingga diperlukan
sebuah langkah untuk menanggulangi dampak tersebut, langkah yang ditempuh oleh
Indonesia adalah menawarkan diri dengan menjadi mediator antara MILF dengan
pemerintah Filipina dan berkomitmen untuk membantu dan memfasilitasi
tercapainya perdamaian di Filipina Selatan. Indonesia berhasil diterima oleh
kedua belah karena Indonesia merupakan negara dengan penduduk beragama Islam
terbesar di dunia. Selain itu, Indonesia juga dinilai netral dalam
menyelesaikan masalah di Filipina Selatan.
Meskipun saat ini Abu Sayyaf
belum bersedia untuk di mediasi, namun MILF merupakan langkah awal dalam
menciptakan perdamaian di kawasan Filipina Selatan. Jika kawasan Filipina
Selatan berdamai, maka kasus terorisme di Indonesia dapat diminimalisir. “Jika
tetangga kita selalu bertengkar, kita tidak akan bisa tidur dengan nyenyak.
Pertengkaran harus diredam sedini mungkin, karena bukan tidak mungkin dampaknya
akan masuk ke rumah kita.”
Lalu Lintas Penduduk
Masalah lain yang terdapat di
wilayah perbatasan antara Indonesa dengan Filipina adalah lalu lintas penduduk
yang jumlahnya sangat besar dan tidak terdata. Banyak masyarakat Indonesia di
wilayah perbatasan yang sering berkunjung ke Filipina baik untuk berdagang,
bertemu keluarga dan berbagai kepentingan lainnya. Kondisi perbatasan yang
terdiri dari banyak pulau membuat masyarakat lebih memilih untuk pergi dengan
mengambil jalur perairan tikus, selain perairan relatif lebih tenang juga tidak
memerlukan visa sehingga lebih efisien.
Saat ini jumlah penduduk
Indonesia yang berada di Filipina mencapai 10.000, sebagian besar diantara
tidak terdokumentasi oleh badan migrasi. Mereka menetap di Filipina namun belum
menjadi warga negara Filipina (status abu-abu). Permasalahannya apabila warga
tersebut terlibat aksi kriminal maupun menjadi korban kriminal di negara
Filipina, maka sudah menjadi kewajiban bagi Pemerintah Indonesia untuk
memberikan perlindungan bagi warganya. Jika menjadi korban, maka pemerintah
Indonesia turut membantu untuk menuntut keadilan.
Sedangkan jika menjadi pelaku,
maka pemerintah Indonesia turut membantu memperjuangkan hak-hak warga tersebut
sebagai seorang kriminal. Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di
Filipina memfasilitasi keluarga pelaku yang ingin menjenguk ke Filipina.
Fasilitas tersebut mencakup akomodasi dan berbagai pembiayaan lainnya selama
berada di Filipina.
Strategi lain yang ditempuh oleh
pemerintah Indonesia adalah mengadakan kerjasama dengan calo yang sering
mengantar warga Indonesia yang hendak menuju ke Filipina melalui jalur tikus.
Para calo tersebut diberi insentif untuk mendata warga Indonesia yang hendak ke
Filipina. Data tersebut diserahkan kepada bagian keimigrasian sehingga jika
terjadi sesuatu terhadap warga tersebut, maka penanganan dapat dilakukan secara
cepat.
Pencurian Ikan
Kondisi perbatasan antara
Indonesia dengan Filipina yang berpulau-pulau membuat laut di sekitarnya
memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Hal tersebut membuat
banyak nelayan dan perusahaan perikanan di Filipina yang tergiur untuk mencari
ikan di wilayah perbatasan, tak jarang mereka juga melakukan pencurian ikan di
wilayah Indonesia. Pada umumnya setelah ditangkap, pelaku akan ditahan dan ikan
hasil curian akan dirampas.
Namun modus operasi yang
dilakukan oleh pencuri ikan tersebut semakin kreatif. Mereka memanfaatkan warga
Indonesia yang berada di Filipina untuk mencuri ikan di Indonesia. Caranya,
saat berada di perairan Filipina, mereka mengibarkan bendera Filipina. Begitu
memasuki wilayah perairan di Indonesia, mereka mengibarkan bendera Indonesia
dan menangkap ikan di perairan Indonesia. Apabila tertangkap oleh petugas
Indonesia, mereka akan sulit untuk ditangkap. Di satu sisi mereka adalah warga
negara Indonesa sedangkan di sisi lain mereka bekerja untuk perusahaan
perikanan yang berada di Filipina.
Langkah yang ditempuh untuk
mengatasi masalah ini adalah melihat data yang diterima dari para calo. Jika di
data tersebut terbukti bahwa warga tersebut menetap di Filipina, maka hasil
ikan curian akan dirampas lalu pelakunya dilepas. Langkah lain yang saat ini
tengah digagas adalah menjalin kerjasama antara kedua negara terkait masalah
perikanan. Jika pengambilan ikan dilakukan di wilayah perairan Indonesia, maka
pengolahan ikan harus dilakukan di Indonesia. Begitu pula sebaliknya, jika
pengambilan Ikan dilakukan di wilayah perairan Filipina, maka pengolahan ikan
harus dilakukan di Filipina.
Filipina memiliki beberapa
masalah dalam negeri yang berpotensi mengganggu stabilitas di Indonesia
diantaranya adalah kasus terorisme, lalu lintas penduduk dan Pencurian Ikan.
Namun hal tersebut dapat diatasi dengan baik berkat kerja keras Pemerintah
Indonesia melalui Kedutaan Besar RI di Filipina dan sikap terbuka dari
pemerintah Filipina terhadap pemerintah Indonesia.
Hubungan bilateral ini patut
dipertahankan karena keharmonisan antara Indonesia dengan Filipina secara tidak
langsung menunjukkan keharmonisan kawasan Asia Tenggara. Dengan menjadikan
Filipina sebagai seorang kawan maka kita telah meletakkan kawan di depan rumah
kita yang akan turut membantu menjaga rumah kita dari ancaman luar atau
setidaknya akan memudahkan kita menyelesaikan masalah jika suatu saat mengalami
sengketa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar